DAMPAK TELEVISI TERHADAP KECERDASAN ANAK

DAMPAK TELEVISI TERHADAP KECERDASAN ANAK

Ketakjuban paling baru dalam peradaban manusia abad ini adalah munculnya globalisasi teknologi informasi menyerbu ke seluruh pelosok dunia. Nyaris seluruh denyut-denyut perkembangan di mana pun di muka bumi ini bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi. Karena televisi merupakan salah satu pioner dalam penyebaran informasi yang menggunakan satelit dan kini menjadi media informasi yang terus berkembang pesat.

"Saya rasa itu sangat tepat. Anak yang sering menonton seperti itu akan terjadi proses modelling. Dia akan meniru apa yang dikonsumsinya melalui televisi," ujar Kak Seto pada peluncuran Gerakan Mengajar 1000 Guru PAUD dan TK di Jakarta, Kamis (3/3/2016). Bahkan dampaknya pun, menurut Kak Seto sudah bisa terlihat sejak masih anak-anak.

"Nanti akan terlihat kecenderungannya mengikuti apa yang dia tonton. Misalnya mengikuti cara bicara tokoh yang ditontonnya ketika bercanda dengan teman sebayanya," imbuhnya.

Menonton televisi (TV) sudah merupakan kebiasaan sehari-hari hingga waktu luang sering hanya dimanfaatkan untuk menonton televisi. Televisi sebagai sebuah media, tentu mempunyai efek yang negatif dan positif khususnya bagi anak-anak.

 Beberapa efek positif TV diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   1. Membantu proses belajar membaca.
Televisi dalam menyajikan hal bentuk visual pada dasarnya telah mempermudah anak-anak mengenal huruf dan penampilan visual dalam bentuk benda yang belum mereka kenal.

2.    2. Merupakan kacamata dunia sekitar.
TV dapat memenuhi keingintahuan tentang segala sesuatu diseputar kehidupan baik yang dekat maupun yang jauh.

3.    3. Penunjang dalam pelajaran sekolah khususnya dalam hal pengetahuan umum.
TV banyak menyajikan berbagai pengetahuan umum yang dapat menunjang pelajaran di sekolah.

4.   4. Memperkaya pengalaman hidup.
Televisi memungkinkan anak mengalami berbagai hal tanpa harus merasakannya sendiri.

Selain efek positif di atas, TV juga mempunyai efek negatif buat anak, yaitu :
1.    1. Mendorong anak mendapatkan dan mencapai sesuatu selekas mungkin (instantly)
Dilayar TV, segala sesuatu berjalan cepat. Gaya televisi memang mengharuskan kecepatan itu. Segalanya serba seketika. Hitungan yang berlaku dalam tayangan televisi adalah detik. Jadi, semua tampak cepat.

2.    2. Mendorong anak kurang menghargai proses.
      Televisi memberondong anak dengan berbagai macam hiburan, kejadian pada momen-momen tertentu, pribadi-pribadi yang digandrungi, yang semua itu didapatkan dengan tanpa harus bersusah payah. Ini mendorong anak untuk kurang menghargai proses ini, bahkan dapat menimbulkan kecenderungan ingin mendapatkan sesuatu lewat jalan pintas.

3.    3. Kurang dapat membedakan khayalan dengan kenyataan
Kemampuan berpikir anak yang masih amat sederhana, memungkinkan anak cenderung menganggap apa saja yang ada di layar televisi adalah sesuatu hal yang nyata.

4.    4. Mengajarkan anak perilaku kekerasan.
Tontonan TV yang berbau kekerasan yang sering dilihat anak, dikhawatirkan akan mengajarkan anak perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.

5.    5. Mengurangi perhatian dan minat pelajaran
Keasyikan pada televisi akan berpengaruh pada minat dan perhatian anak pada pelajaran di sekolah.

6.    6. Meningkatkan kesenangan terhadap hal-hal keduniaan
TV seringkali menampilkan tokoh dan watak yang umumnya mencerminkan hal-hal yang menjadi obsesi pemirsa (yang indah rupawan, ganteng, kaya, bahagia, dan sebagainya), sehingga dapat meningkatkan kesenangan terhadap hal-hal yang sifatnya keduniawian.


 

 

Faktanya Pengaruh Buruk Nonton TV pada Anak-anak:

1.       Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV.
2.       Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam / minggu atau 1.560-1.820 jam /  tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1.000 jam/tahun.
3.       Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi.
4.       Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar per minggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.
5.       Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak.
6.       Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.
7.       Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.
8.       Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang sangat digemari anak-anak. Faktanya dewasa ini televisi lebih banyak memberikan pengaruh negatif terhadap anak anak karena acara televisi yang kurang mendidik sehingga dampak itu akan mempengaruhi perkembangan, kecerdasan otak serta psikologis sang anak. Dampak negatif dari acara televisi lebih banyak daripada dampak positifnya terhadap perkembangan anak. Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Peranan orang tua dalam mengatasi dampak tersebut sangatlah penting yaitu dalam mengawasi dan memeperhatikan perkembangannya.


SUMBER :



Komentar

Postingan Populer